Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Usul Sunan Muria: Sejarah, Gambar, Metode Dakwah, Peninggalan

faktasantuy.com - Raden Umar Syahid ataupun Sunan Muria merupakan salah satu anak buah walisongo yg berperan penting dlm penyebaran agama Islam, terutama di gunung Muria, Jawa Tengah. Beliau merupakan putera Sunan Kalijaga & populer ilmunya yg sakti. Baca: Biografi sunan ampel

Tidak hanya itu, peninggalan sunan muria yang paling populer ialah pencipta tembang Sinom & Kinanthi. Dlm melaksanakan dakwahnya, Sunan Muria lebih menekankan pada kaum nelayan, pedagang, & rakyat jelata. Ingin tahu sejarah sunan muria lengkapnya? mari kita simak teks dibawah ini..

asal-usul-sunan-muria-dan-cara-dakwahnya
Gambar Sunan Muria

Biografi Sunan Muria

Sunan Muria adalah putra dari Sunan Kalijaga melalui pernikahannya bersama Dewi Saroh, yg merupakan puteri dari Syekh Maulana Ishak, seorang ulama populer di Samudra Pasai Aceh.

Dgn demikian maka Sunan Muria tetap merupakan keponakan dari Sunan Giri. Saat kecil, Sunan Muria mempunyai nama Raden Prawoto. Tidak hanya itu, beliau juga sering dipanggil dgn Raden Umar Said ataupun Raden Umar Syahid.

Menginjak dewasa, Sunan Muria menikah dgn Dewi Sujinah yg merupakan puteri dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji). Sunan Ngudung merupakan salah satu putera dari sultan di Mesir yg melakukan perjananan hingga ke tanah Jawa.

Sementara itu, Sunan Ngudung sendiri juga merupakan ayah dari Sunan Kudus. Dari pernikahannya dgn Dewi Sujinah, Sunan Muria dikaruniai putera bernama Pangen Santri ataupun Sunan Ngadilangu.

Menurut beberapa kisah, tidak hanya menikah dgn Dewi Sujinah, Sunan Muria juga mempersunting Dewi Roroyono yg populer dgn kecantikannya. Dewi Roroyono merupakan puteri dari Sunan Ngerang, seorang ulama populer di Juwana yg mempunyai ilmu ataupun kesaktian yg tinggi, serta merupakan guru dari Sunan Muria & Sunan Kudus. Kecantikan Dewi Roroyono banyak memicu pertumpahan darah yg juga membuktikan kesaktian dari Sunan Muria.

Sifat Sunan Muria

Mengasingkan diri di tengah masyarakat jelata membuat kepribadian Sunan Muria lebih peka & lebih toleran terhadap beberapa persoalan. Bahkan beliau kerap sekali memberikan solusi utk beberapa persoalan yg rumit.

Seperti saat konflik internal di Kesultanan Demak tahun 1518-1530 M. Beliau sanggup menjadi penengah & memberikan solusi terbagus yg bisa diterima oleh beberapa pihak & membuatnya sangat dihormati di beberapa kalangan.

Selain itu, keteladanan sifat Sunan Muria juga bisa tergambar dgn caranya yg lebih memilih utk berbaur dgn rakyat kecil & meninggalkan keramaian di dlm kerajaan Demak. Sikap yg demikian patut dicontoh dlm kehidupan bermasyarakat.

Yg mana dlm memsosialisasikan kebijakan umum maka pemerintah sudah selayaknya bisa menjangkau semua elemen masyarakat & tidak berhenti pada orang-orang tertentu saja.

Baca : Biografi Sunan Ampel Lengkap (Sejarah, Metode Dakwah, Peninggalannya

Letak Makam Sunan Muria

Makam Sunan Muria terletak di puncak gunung Muria, sebelah utara kota Kudus. Utk mencapai makam maka Kamu butuh menaiki kurang lebih 700 tangga dari pintu gerbang.

Letak makam Sunan Muria berada persis di belakang masjid Sunan Muria. Yg membedakannya dari makam wali lainnya, yakni letak makan Sunan Muria yg menyendiri & berada jauh dari para punggawanya, sama seperti sifatnya yg suka menyendiri.

Benda Peninggalan Sunan Muria

PELANA KUDA

Beberapa benda peninggalan Sunan Muria seperti pelana kuda sering diigunakan oleh masyarakat utk mendatangkan hujan. Ritual tersebut dinamakan dgn guyang cekathak yg berati memandikan pelana kuda, & biasanya dijalankan pada hari Jumat Wage di saat musim kemarau.  Utk memulai ritual biasanya mereka membawa pelana kuda dari Masjid Muria ke mata air Sendang Rejoso, & mencucinya di mata air tersebut.

Mereka mencuci pelana kuda di Sendang Rejoso dilanjutkan dgn memercikkan air ke warga. Sesudah beres lalu mereka membacakan doa & menunaikan sholat istisqa’ utk meminta hujan. Lalu ritual tersebut ditutup dgn agenda makan bersama dgn lauk-pauk berupa opor ayam, gulai kambing, & sayuran-sayuran yg dipadu dgn parutan kelapa. Ada juga makanan penutup yakni dtahan lama yg setiap butirannya  melambangkan rintik hujan.

AIR GENTONG

Selain itu, ada juga gentong peninggalan Sunan Muria yg rutin menjadi tujuan para peziarah. Menurut beberapa orang & warga Gunung Muria, air yg rutin mengalir dlm gentong tersebut sanggup mencegah & menyembuhkan beberapa penyakit. Tidak hanya itu, air yg bersumber dari pegunungan muria tersebut juga diyakini sanggup utk membersihkan jiwa & berguna utk kecerdasan.

Wilayah Dakwah Sunan Muria

Dlm berdakwah, Sunan Muria memakai metode ayahnya. Tetapi, beliau lebih memusatkan pada daerah terpencil & jauh dari pusat kota. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak gunung Muria yakni desa Colo.dari nama gunung tersebutlah maka timbul sebutan Sunan Muria. Tidak hanya berdakwah, disana beliau juga berkumpul dgn rakyat jelata utk mengajarkan keterampilan bertanam, melaut, & berdagang.

Sementara itu, tidak hanya mengajarkan Islam di gunung & lereng Muria, Raden Umar Said ataupun Sunan Muria juga membutuhas dakwahnya di wilayah Tayu, Kudus, & Juwana. Jadi beliau beserta keluarga & para muridnya populer dgn fisiknya yg sangat kuat. Baygkan apabila beliau & para pengikutnya haruslah naik turun gunung yg tingginya kurang lebih 750 meter, utk bisa berdakwah di wilayah-wilayah tersebut.

Metode Dakwah Sunan Muria

1. MENITIK BERATKAN PADA RAKYAT JELATA

Dlm menyebarkan agama Islam, Sunan Muria lebih toleran dgn memusatkan pada rakyat jelata & bukan kaum bangsawan. Beliau lebih bahagia mengasingkan diri bersama rakyat jelata dibandingkan tinggal di pusat kerajaan Demak. Metode dakwah beliau sering disebut dgn Topo Ngeli, yg berarti menghanyutkan diri di dlm masyarakat. Dgn begitu, maka Sunan Muria lebih mudah dlm mengajak masyarakat utk masuk agama Islam.

Sementara itu, supaya bisa berbaur dgn masyarakat pegunungan tersebut, maka beliau kerap sekali memberikan kursus ataupun keterampilan utk para pelaut, nelayan, pedagang, & rakyat jelata.

Dgn demikian maka beliau bisa mengumpulkan mereka yg notabennya ialah pekerja yg sangat susah utk meluangkan waktu belajar agama. Jadi dgn adanya kursus maka Sunan Muria bisa dgn mudah memberi tau ajaran Islam terhadap mereka.

2. DAKWAH BIL HIKMAH DENGAN AKULTURASI BUDAYA

Walaupun Sunan Muria diterima dgn bagus oleh masyarakat, tetapi bukan berarti proses dakwah beliau berlangsung dgn lancar. Kebanyakan penduduk yg berada di kawasan gunung Muria tetap menganut kepercayaan turun temurun yg sangat kental & susah utk dirubah. Oleh sebabnya beliau sama seperti para wali yg lainnya yakni memakai metode dakwah bil hikmah, ataupun dgn cara-cara bijaksana yg tidak memaksa.

Dlm menyikapi kebiasaan masyarakat budaya kenduren, maka Sunan Muria meniru gaya moderat ayahnya, yg tidak mengharamkan tradisi peringatan telung dino hingga sewu dino. Tradisi yg merayakan hari-hari tertentu kematian anak buah keluarga ini tidak dilarang, kecuali budaya utk membakar kemenyan ataupun memberikan sesajen di tempat tertentu, yg lalu diganti dgn sholawat & do’a utk pakar kubur.

3. MEMPERTAHANKAN KESENIAN GAMELAN DAN WAYANG

Sama seperti para wali yg lain, Sunan Muria juga tetap mempertahankan alat musik daerah seperti gamelan & kesenian tradisional wayang utk media dakwahnya. Beliau tidak merubah budaya yg ada, tetapi memasukkan ajaran-ajaran Islam di dlmnya. Karakternya membawa pesan-pesan Islam, seperti kisah Dewa Ruci, Petruk dadi Ratu, Jimat Kalimasada, Mustakaweni, Semar ambarang Jantur, & lain sebagainya.

4. MENCIPTAKAN BEBERAPA TEMBANG JAWA

Selain mempertahankan kesenian daerah seperti gamelan & wayang, Sunan Muria juga menciptakan beberapa tembang Jawa yg berisi tentang Islam. Beberapa karyanya yg populer hingga sekarang yakni tembang Sinom & Kinanthi. Dgn memakai tembang ataupun lagu maka masyarakat bakal dgn mudah menerimanya, & sanggup mengingat kualitas-kualitas serta aliran Islam yg terkandung di dlmnya utk bisa diterapkan dlm kehidupan.

Baca : Biografi Sunan Bonang: Ajaran, Dakwah, Kekuasaan, Ilmu

Posting Komentar untuk "Asal Usul Sunan Muria: Sejarah, Gambar, Metode Dakwah, Peninggalan"