√ Model Pembelajaran Kooperatif: Pengertian, Tujuan, Ciri, Langkah, Unsur & Elemennya (Lengkap)
Panduan Pembelajaran Kooperatif |
Faktasantuy - Model pembelajaran kooperatif. Pada hari ini kita akan membahas pembelajaran kooperatif. Nah apa itu pembelajaran kooperatif? tujuan pembelajaran kooperatif, ciri langkah unsur pembelajaran cooperatif dan elemennya. Silakan teman-teman simak definisi pengertian pembelajaran kooperatif berikut ini ya.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Para Ahli
1. Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), pembelajaran kooperatif adalah pedoman dalam bentuk program atau instruksi untuk strategi pengajaran yang dirancang agar mencapai pembelajaran. Yang berisi mengenai tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Dan merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru.
2. Menurut Nur (2000), strategi pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Wajib baca: manajemen pendidikan
Apakah model pembelajaran kooperatif itu?
Cooperative learning adalah sebuah model pembelajaran yang mengutamakan eksistensi kelompok. Dimana para siswa dalam kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah) dan apalagi mungkin saja anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda dan memperhatikan kesetaraan gender. Model ini mengutamakan kolaborasi dalam memecahkan masalah untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Memiliki tujuan yaitu hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Wajib baca: Slogan pendidikan
1. Hasil belajar akademik, meskipun mencakup berbagai tujuan sosial, juga meningkatkan prestasi siswa atau tugas akademik penting lainnya. Beberapa para ahli berpendapat bahwa model ini lebih unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur kooperatif telah mampu meningkatkan nilai siswa dalam pembelajaran akademik dan perubahan norma yang terkait dengan hasil pembelajaran.
2. Penerimaan perbedaan individu, tujuan lainnya berupa penerimaan luas orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan kecacatan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling ketergantungan pada tugas akademik dan melalui struktur hadiah kooperatif akan belajar untuk saling menghormati.
3. Pengembangan keterampilan social guna untuk mengajarkan keterampilan kolaborasi dan kolaborasi siswa. Keterampilan sosial penting bagi siswa karena saat ini banyak orang muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Nur (2000) merangkum prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif bahwa setiap anggota kelompok (siswa) harus:
- 1. Memiliki bertanggung jawab atas semua yang dilakukan dalam kelompoknya.
- 2. Tahu bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
- 3. Berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok.
- 4. Dievaluasi.
- 5. Berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses pembelajaran.
- 6. Tahu bahawa akan diminta bertanggung jawab secara individual atas materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif , yaitu sebagai berikut :
- 1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif melengkapi materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
- 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Apabila memungkinkan anggota kelompok berasal dari berbagai ras, budaya, suku dan memperhatikan kesetaraan gender.
- 3. Penghargaan lebih ditekankan dalam kelompok daripada masing-masing individu.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Ada enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
- 1. Menyampaikan tujuan serta memotivasi para siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang ingin dicapai dan memotivasi para siswa.
- 2. Penyajian informasi. Guru memberikan informasi kepada para siswa.
- 3. Mengatur siswa menjadi kelompok belajar. Guru memberi tahu pengelompokan para siswa.
- 4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi dan memfasilitasi pekerjaan siswa dalam kelompok belajar kelompok.
- 5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah diterapkan.
- 6. Berikan penghargaan. Guru menghargai hasil belajar individu dan kelompok.
Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Lungdren, (1994) menyebutkan Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif , bahwa para siswa harus:
- 1. Memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.
- 2. Memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
- 3. Pandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
- 4. Membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
- 5. Diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
- 6. Berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
- 7. Akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif
Jonson and Smith,1991; Anita Lie, 2004 menyebutkan bahwa perlunya diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1. Saling ketergantungan Positif
keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompoknya. Seperti wartawan mencari dan menulis berita, redaksi meng¬edit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerjasama berkelanjutan sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan para pembaca.
a. Pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Disarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan mem¬baca bagian-bagian yang berlainan.
c. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi.
d. Pengajar akan meng¬evaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, setiap anggota akan merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
e. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik.
f. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan setiap anggota.
g. Guna menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka.
Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 72 dan kali ini dia mendapat 78, dia akan menyumbangkan 6 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa memiliki kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai kelompok. Disamping itu beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan.
2. Tanggung jawab perseorangan akibat langsung dari unsur yang pertama
Apabila tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keber¬hasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif dalam model ini membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa se¬hingga masing-masing anggota kelompok harus melaksana¬kan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi tiga bagian dan masing-masing siswa mendapat dan mem¬baca satu bagian. Dengan cara ini, siswa yang tidak me¬laksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas dengan baik agar tidak menghambat yang lainnya.
3. Tatap Muka
a. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
b. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
c. Hasil pemikiran dari beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
d. Hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.
e. Inti dari sinergi ini yaitu menghargai perbedaan, meman¬faatkan kelebihan, serta mengisi kekurangan masing-masing.
f. Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
g. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
h. Sinergi tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, akan tetapi berupa proses kelompok yang cukup panjang.
i. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka don interaksi pribadi.
4. Komunikasi antar anggota
a. para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.
b. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
c. Tidak semua siswa memiliki keahlian men¬dengarkan dan berbicara.
d. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada ketersedian para anggotanya untuk saling men¬dengarkan don kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagai¬mana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.
f. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.
5. Evaluasi
a. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok.
b. Hasil dari kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,
d. Akan tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelaiar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Di sini akan diuraikan secara ringkas masing-masing pendekatan tersebut.
Wajib baca: pengertian studi kepustakaan
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
a. dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
b. Pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
c. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.
d. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
e. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain guna menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
f. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu.
g. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu
h. Terkadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.
2. Investigasi Kelompok
a. Model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
b. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan.
c. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
d. Model pembelajaran kooperatif tipe stad ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.
e. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen.
f. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Pendekatan Struktural
a. kembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya.
b. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
c. Struktur tugas guna sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk.
d. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual.
e. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.
Jigsaw
a. Pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas,
b. Diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
c. Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif.
Nah itulah artikel pengertian pembelajaran kooperatif. Semoga strategi cooperative learning ini dapat menyelesaikan tugas sekolah kamu ya. Apabila kamu ingin bertanya mengenai model pembelajaran jigsaw dengan lebih rinci, silakan ketik di kolom komentar dibawah. Wajib baca: 10+ Contoh Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pendidikan
Lain kali admin akan membuat contoh pembelajaran kooperatif dan penjelasannya, ditunggu saja ya.
Posting Komentar untuk "√ Model Pembelajaran Kooperatif: Pengertian, Tujuan, Ciri, Langkah, Unsur & Elemennya (Lengkap)"
Sobat boleh menyalin isi artikel ini dengan syarat ditulis ulang dengan menyertakan link sumber ke artikel ini. Ini berguna supaya blog sobat tidak kena deindex/dihapus karena menerima keluhan hak cipta DMCA dari saya.
Jika artikel ini bermanfaat untuk sekolah/kuliah/pekerjaan sobat, maka berikanlah sedikit donasi untuk membantu admin dalam membiyai operasional blog ini.
Klik: Donasi via Trustwallet