Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berpikir Kritis (Positif Thingking) : Pengertian, Contoh, Manfaat dan Cara Meningkatkannya

Faktasantuy - berpikir kritis adalah. Pada hari ini kita akan membahas berpikir positif atau positif thinking. Nah sebelum itu kamu harus mengenal apa itu pengertian berpikir? bagaimana cara berpikiran positif? apa saja teknik berpikir? apa saja tingkatan berpikir? apa saja komponen berpikir kritis? dll. Silakan teman-teman simak arti berpikir berikut ini ya. 

berpikir-kritis

Baca juga: 3 Contoh Teks Berpikir Kritis dan Strukturnya (Alam, Pendidikan, Pergaulan)

Pengertian Berpikir Menurut Para Ahli

  1. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), menyatakan bahwa berpikir merupakan suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ingatan, atau pikiran yang menggunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.
  2. Gordon (1995), menyatakan bahwa Berpikir merupakan suatu proses menggunakan pikiran dan mencakup dalam membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan.
  3. Chaffe (1994), menyatakan bahwa berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi. 
  4. Katako-Yahiro dan Saylor (1994), Dalam hubungannya dengan keperawatan, berpikir kritis merupakan suatu proses reflektif, pemikiran yang masuk akal mengenai masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan. 

Jadi pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.

Teknik Berpikir

Adapun beberapa teknik dari berfikir, yaitu sebagai berikut:

1. Berpikir Austik 

Ketika sedang melamun seseorang berkhayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Setiap orang pernah mengalami hal ini, akan tetapi harus selalu terkendali. Maka dari itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun. Contoh, seseorang yang berhayal ingin memiliki kapal pribadi.

2. Berpikir Realistic

Hal ini dilakukan oleh seseorang ketika sedang menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata. Pada teknik ini seseorang melihat situasi nyata yang ada, lalu langsung menarik suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan dengan pengalaman nyata. Atau dapat disebut dengan berpikir realistic induktif.

Contoh, ketika dalam kondisi bangun kesiangan saat akan masuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan cara agar tidak bangun kesiangan. Kemudian, jika seseorang berpikir dengan melihat pengalaman sebelumnya, serta mengambil suatu kesimpulan dari situasi yang ada, hal ini disebut berpikir realistis deduktif.

3. Berpikir Kreatif

Hal ini dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif membutuhkan stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat mendorong seseorang untuk berkreativitas. Seseorang dapat dikatakan berpikir kreatif apabila ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat serta tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menyusun kembali ide lama dalam bentuk baru.

Baca juga: 3 Penyebab Pelupa Dan 4 Cara Mengatasi Pelupa

Pengertian Berpikir Kritis Menurut Para Ahli

Berpikir kritis atau positif thinking merupakan suatu proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir.

1. Pery & Potter (2005), Menyatakan bahwa Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan serta menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. 

2. Bandman dan Bandman (1988), Menyatakan bahwa berpikir kritis disebut merupakan pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan serta tindakan. 

3. Strader (1992),menyatakan bahwa bepikir kritis artinya suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat mengenai suatu kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.

4. Alfaro-LeFevre (1995), Menyatakan bahwa berpikir kritis ialah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam melayani pasien. 

Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan merupakan hal yang sangat penting untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.

6. Paul (1993), Menyatakan bahwa keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi membutuhkan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan serta dukungan.

7. Chafee (1994), Menyatakan bahwa Berpikir kritis ialah mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan.

Dari pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa positif thinking adalah suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu pendapat yang merangkup penilaian dan analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan. 

Bahwa untuk mendapatkan hasil dari berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), tidak hanya “asal” berpikir yang tidak diketahui apa yang akan dicapai dari kegiatan tersebut. Yang berarti meski dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam menjawab pertanyaan “bagaimana kabarmu?”). adapun situasi yang memaksa seseorang untuk berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini dilakukan apabila dihadapkan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.

Tingkatan Berpikir Kritis

Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasikan bahwa terdapat tiga tingkatan berpikir kritis dalam keperawatan yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat dasar

Pada tingkat ini seseorang memiliki kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan baik dan benar. Pemikiran harus sesuai  dengan kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Hal ini merupakan langkah awal dalam kemampuan perkembangan memberi alasan. Apabila seorang perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman dalam pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Maka dari itu, ia harus mau belajar dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.

2. Tingkat kompleks

Dalam tingkat ini seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi. Pengalaman bisa membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego atau kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain lalu menganalisis dan menguji alternatif secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan kebidanan memiliki keuntungan bagi klien, bidan bisa mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini memerlukan beberapa cara pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Pada tahap ini bidan belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakit yang sama.

3. Tingkat komitmen

Di tingkat ini bidan ataupun perawat sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternatif pada tingkat kompleks. Bidan dapat mengantisipasi kebutuhan klien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan terlihat ketika memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.

Komponen-komponen berfikir kritis

Kataoka -Yahiro dan Saylor menyebutkan positif thinking artinya suatu model tentang berpikir kritis untuk penilaian keperawatan. Hasil dari berpikir kritis sebagai penilaian kebidanan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam kondisi yang bervariasi merupakan defenisi dari model ini. Model ini dirancang untuk penilaian kebidanan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat sedang melakukan pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk membuat rencana tindakan agar asuhan kebidanan aman dan efektif.

Adapun komponen-komponen berfikir kritis, yaitu sebagai berikut:

1. Dasar Pengetahuan Khusus, merupakan dasar pengetahuan khusus perawat dalam keperawatan. Dasar pengetahuan ini berbagai jenis sesuai dengan program pendidikan dasar keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat. Hal mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi inilah yang memberikan data untuk digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Serta mencakup pendekatan yang meningkatkan kemampuan perawat untuk berfikir kritis mengenai masalah kebidanan.

2. Pengalaman, merupakan  hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. dalam hal ini pengalaman dalam kebidanan merupakan komponen kedua, kecuali bidan memiliki kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan membuat keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika perawat sedang menghadapi pasien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari mengamati, merasakan, berbicara dengan pasien, dan merefleksikan secara aktif pada pengalaman. Pengalaman bidan  dalam praktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena berhubungan langsung dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan. Rowntree menyebutkan bahwa pada proses belajar terdapat lima jenis stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber belajar. Yaitu sebagai berikut:

  1. Realita merupakan rangsangan yang meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, hewan nyata, dan sebagainya.
  2. Pictorial representation  merupakan jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek dan peristiwa
  3. Written symbols merupakan lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.
  4. Recorded sound berupa sebuah rangsangan melalui suara rekaman yang membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
  5. Kompetensi merupakan proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan, berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan mengangkat diagnosa serta membuat keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).

Sikap untuk Berpikir Kritis

Paul (1993) telah menyebutkan bahwa sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis. Sikap ini merupakan suatu nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, akan tetapi juga penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. 

Tanggung gugat

Pada saat individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, sudah menjadi tugas individu tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya. Sebagai seorang perawat yang professional, diharuskan membuat keputusan dalam merespons terhadap hak, kebutuhan, dan minat pasien menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama pasien.

Berpikir mandiri

Sejalur dengan inividu yang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian membuat penilaian mereka sendiri., Individu menantang cara tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang ada guna berfikir secara mandiri.

Mengambil risiko

Dalam hal ini perawat membutuhkan niat serta kemauan mengambil risiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.

Kerendahan hati

Sangat diperlukan untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Serta menerima bahwa tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan pasien bisa saja berisiko apabila perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik.

Integritas

Integritas pribadi membangun rasa percaya dari rekan dan bawahan. Memiliki  integritas akan lebih cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya. Diharuskan untuk mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. 

Ketekunan

Harus bertekad untuk menemukan berbagai solusi yang efektif untuk masalah perawatan pasien. Tidak dengan menggunakan solusi yang cepat. Perawat mempelajari segala hal mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.

Kreativitas

Kreativitas mencakup berpikir asli. Yang berarti menemukan solusi di luar apa yang dilakukan secara tradisional. Seringkali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan unik.

Standar untuk Berpikir Kritis

Paul (1993), menemukan bahwa standar intelektual menjadi hal penting untuk berpikir kritis. Standar professionalnya mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria unuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional. Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994 menyebutkan bahwa Penerapan standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok.

Baca juga: Pengertian Depresi - Penyebab, Tanda, Faktor Dan Pengobatannya

Aspek-Aspek Berpikir Kritis

Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

  1. Relevance, keterkaitan dari pernyataan yang dikemukakan.
  2. Importance, berupa penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
  3. Novelty,  keterbaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
  4. Outside Material, Menggunakan pengalamannya sendiri serta referensi ataupun bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan.
  5. Ambiguity clarified, mencari suatu penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
  6. Linking ideas, Senantiasa menghubungkan fakta, ide ataupun pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
  7. Justification, Memberikan bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. 
  8. Critical assessment, melakukan sebuah evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
  9. Practical utility, berupa ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam penerapan.
  10. Width of understanding, merupakan suatu diskusi yang dilaksanakan yang bersifat meluaskan isi atau materi diskusi.

Adapun beberapa perilaku berfikir kritis sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

  1. Berpusat terhadap pertanyaan (focus on question)
  2. Analisa argument (analysis arguments)
  3. Tanya jawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
  4. Mengevaluasi kebenaran mengenai sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)

Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat menjadi FRISCO, yaitu sebagai berikut :

F (Focus): Guna membuat sebuah keputusan mengenai apa yang diyakini maka harus bisa memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.

R (Reason): Mengetahui alasan yang mendukung atau melawan putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

I (Inference): Menyimpulkan yang beralasan atau menyungguhkan. Serta mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

S (Situation): Paham terhadap situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.

C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

O (Overview): mengulang dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.

Watson dan Glaser (1980) telah melakukan pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen.

Manfaat Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan hal penting yang harus lakukan karena ada beberapa manfaat berpkir kritis:

  1. Berpikir kritis berkemungkinan membuat siswa memanfaatkan potensi seseorang dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari diri.
  2. Berpikir kritis merupakan keterampilan yang universal. Kemampuan berpikir jernih dan rasional diperlukan pada pekerjaan apapun, pada saat mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun, yang menjadi aset berharga bagi karir seorang.
  3. Sangat penting di era informasi dan teknologi. Segera merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah.
  4. Meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Dengan cara berpikir jernih dan sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan gagasan, berguna dalam mempelajari cara menganalisis struktur teks dengan logis, meningkatkan kemampuan untuk memahami.
  5. Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Tidak hanya gagasan baru yang diperlukan meningkatkan kreatifitas berfikir untuk menyelesaikan masalah, tetapi gagasan baru tersebut harus berguna dan relevan dengan tugas yang harus diselesaikan. Guna mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik, serta inovasi.
  6. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Guna menyelaraskan kehidupan sehingga hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri.
  7. Berpikir kritis merupakan meta-thinking skill, ketrampilan untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan keputusan yang diambil, kemudian dalam konteks membuat hidup lebih berarti yaitu melakukan upaya sadar guna memasukkan hasil refleksi itu ke dalam kehidupan sehari-hari.

Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Adapun cara berpikir positif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:

1. Membaca dengan kritis

Dengan membaca secara kritis, seseorang dapat menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari segi logika dan kredibilitasnya, merefleksikan kandungan teks dengan pendapat sendiri, serta membandingkan teks satu dengan teks lain yang sejenis.

2. Meningkatkan daya analisis

Dalam suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu permasalahan, kemudian mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi, guna menyelesaikan masalah dengan baik

3. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati

Dengan adanya observasi akan ditemukan penyelesaian masalah seperti menginginkan untuk menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah, kejadian atau hal-hal yang diamati. Dengan demikian memudahkan seseorang untuk menggali kemampuan kritisnya.

4. Meningkatkan keingintahuan, kemampuan bertanya serta refleksi

Mengajukan pertanyaan yang bermutu, berupa pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar atau salah atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk mencari jawaban sehingga mereka banyak berpikir.

Contoh Contoh Berpikir Kritis

1. Mengidentifikasi isu sentral atau masalah.

2. Mengkomparasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.

3. Menentukan mana informasi yang relevan.

4. Memformulasikan pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.

5. Membedakan antara fakta, opini, dan keputusan logis.

6. Mengecek konsistensi.

7. Mengenali stereotip dan klise.

8. Mengenali faktor-faktor emosional, propaganda, dan istilah semantik.

9. Mengenali nilai sistem dan ideologi yang berbeda.

10. Mengenali ketepatan data.

11. Memprediksi kemungkinan-kemungkinan konsekuens

Nah itulah artikel artinya positif thinking. Semoga contoh berpikir kritis ini dapat menyelesaikan tugas sekolah kamu ya. Apabila kamu ingin bertanya mengenai cara berpikir positif silakan ketik di kolom komentar dibawah. Baca juga: Pengertian Berpikir Kritis Dan Demokratis, Manfaat, Indikator dan Contoh

Lain kali admin akan membuat cara mudah positif thinking dan penjelasannya, ditunggu saja ya.

Soal: 

  1. cara untuk mengembangkan upaya berpikir inovatif dalam berwirausaha adalah?
  2. berpikir kritis adalah upaya penggunaan potensi berupa akal secara
  3. cara untuk mengembangkan upaya berpikir inovatif dalam berwirausaha ialah

Posting Komentar untuk "Berpikir Kritis (Positif Thingking) : Pengertian, Contoh, Manfaat dan Cara Meningkatkannya"